Kamis, 04 Juni 2009

Sulit, Pertumbuhan Ekonomi Tinggi dalam Waktu Singkat


Kompas, Kamis, 4 Juni 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat ekonomi Aviliani mengatakan janji para capres untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu dekat bukanlah hal yang mudah untuk dicapai mengingat berbagai persoalan dalam perekonomian Indonesia saat ini.

"Sulit mengejar pertumbuhan tinggi karena banyak UU dan peraturan yang menghambat untuk penyerapan anggaran dalam waktu cepat," kata Aviliani di Jakarta, Kamis (4/6).

Aviliani mencontohkan adanya Keppres Nomor 80/2003 tentang Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang membuat proses tender pengadaan barang dan proyek baru bisa selesai dalam waktu 8 bulan. "Masih banyak aturan lain yang menghambat. Jadi tidak semudah yang dikatakan. Banyak aturan dan UU yang harus diubah," katanya.

Aviliani juga mengatakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga tidak ada artinya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat jika pertumbuhan tersebut lebih banyak berasal dari konsumsi masyarakat seperti yang terjadi saat ini. "Yang penting kualitas pertumbuhannya, jangan terlalu banyak kontribusi dari sektor konsumsi sebab yang penting adalah dari sisi investasi yang bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan di sektor industri," katanya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini lebih banyak berasal dari sektor konsumsi yang mencapai 68 persen, sementara sektor investasi hanya sebesar 22 persen.

Sebelumnya, para capres yang akan bertarung dalam pilpres Juli mendatang saling mengumbar janji untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu cepat.

Capres Jusuf Kalla menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen di tahun 2011. Capres Megawati Soekarnoputri paling optimistis karena menetapkan target pertumbuhan ekonomi hingga dua digit dalam kurun lima tahun ke depan. Sementara capres Susilo Bambang Yudhoyono hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen hingga 2014.

Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,1 persen. Sementara pada triwulan I-2009, akibat krisis keuangan global pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah menjadi 4,4 persen secara "year on year".

Sementara itu, Direktur Riset Infobank Eko B Supriyanto mengatakan target pertumbuhan yang disampaikan capres SBY lebih realistis dibanding yang lain melihat kondisi ekonomi dunia sekarang ini yang belum pulih dari krisis keuangan. "Justru 7 persen yang paling realistis. Tahun ini kita kan tumbuh 4 persen, jadi kalau 2010 naik ke 6-7 persen itu realistis lah. Meski sebenarnya 7 persen itu juga masih terlalu tinggi. Kalau capres JK sampaikan 8 persen itu terlalu optimis apalagi yang dikatakan Mega dua digit itu angan-angan lah," katanya.

Target pertumbuhan dua digit dalam lima tahun ke depan, menurut Eko, sangat sulit dicapai mengingat faktor-faktor ekonomi saat ini yang kurang mendukung.

"Pertumbuhan itu kan faktornya ada investasi, ekspor dan konsumsi dalam negeri. Buat investasi karena masih krisis, kita susah lah. Ekspor masih bisa, karena kita ekspor komoditas. Tinggal kita berharap di konsumsi saja. Itu pun konsumsi APBN atau belanja pemerintah. Penduduk kita banyak, maka konsumsi APBN juga banyak. Jadi dua digit itu angan-angan. Lha kita tumbuh 4 persen saja sudah yang nomor
tinggi di dunia setelah Cina dan India," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar